Dalam kumpulan doa-doa atau wirid, biasanya terdapat juga sejumlah doa yang disebut dengan hizib (arab: hizb). Isinya adalah serangkaian doa dan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an, disusun oleh ulama masyhur tertentu, dan sebagian memiliki tata aturan kapan waktu membacanya. Hizib ini juga memiliki nama yang berbeda-beda, semisal Hizb al-Bahr, Hizb an-Nashr, Hizb an-Nawawi dan sebagainya. Tapi, apa sebenarnya arti dari istilah hizib ini ?
Syamsuddin al-Fasi as-Syarqi dalam bukunya, Syarh Hizb al-Imam an-Nawawi sebelum menjelaskan hizib an-Nawawi tersebut, memulai dengen penjelasan umum soal apa dan bagaimana sebenarnya hizib itu. Hizib yang merupakan kata berbahasa Arab ini pada makna awalnya tidak selalu bermakna doa-doa atau wirid tertentu. Memang, salah satu maknanya seperti dikutip dari kamus al-Mishbah al-Munir karya Ahmad al-Fayyumi, adalah al-Wird. Makna selengkapnya adalah sebagai berikut,
الورد يعتاده الشخص من صلاة، وقراءة، ونحو ذلك، والنصيب، والطائفة من الناس
Wirid/kebiasaan yang biasa dikerjakan oleh seseorang baik berupa shalawat, membaca (al-Qur’an, hadis, atau wirid tertentu), dan contoh lainnya; Bagian; sekelompok kecil dari manusia (at-Thaifah).
Karena itulah, terkait persamaan arti hizib dengan wirid, Nabi Saw. pernah menyatakan bahwa wirid juga berarti apa yang dirutinkan kita lakukan. Maka, sabda Nabi Saw. tersebut pun selaras dengan pendapat para pakar bahasa bahwa wirid (al-wird) dan hizib (al-hizb) itu sama.
Lalu jawaban mengapa meskipun kata hizb memiliki kesamaan dengan kata wird, namun memiliki makna-makna yang lain, jawabannya adalah karena dalam bahasa Arab (dan juga bahasa lainnya sebenarnya) dikenal konsep isytirak, dimana ada banyak makna yang lahir dari penggunaan kata. Itulah mengapa hizb juga digunakan untuk menyebut makna kelompok (at-Thaifah), kelompok besar (hizb, biasa diartikan saat ini dengan partai), silaah (alat perang) jama’ah, atau an-naubah yang berarti saluran khusus keluarnya air