Rasulullah Saw bersabda “do’a adalah otaknya ibadah”, di hadits lain beliau
mengatakan “do’a adalah senjata orang-orang beriman”, sejalan dengan hadits Rasulullah Saw, Allah Swt menjelaskan terkait do’a, melalui firman-Nya sebagai berikut:
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“. (QS. Ghafir, 60), dan Allah itu sangat dekat dan mendengar setiap permohonan dan bahkan apa-apa yang terlintas dihati hamba-aambaNya, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Firman-Nya:
“Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah, 186).
Berdasarkan ayat ini, ada 3 syarat doa dikabulkan yaitu; maka hendaklah seorang hamba memenuhi segala perintah Allah, beriman kepada-Nya dan selalu berada dalam kebenaran. Selain memenuhi ketiga syarat dalam QS. Al-Baqarah 186, seorang hamba dalam berdo’a harus memperhatikan adab-adab layaknya seorang peminta agar dikabulkan. Adapun adab berdoa sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Saw dalam berbagai riwayat yang diterangkan oleh para ulama, yaitu; hendaknya sedang dalam keadaan suci dari hadats dan najis, kemudian dibuka dengan shalawat sebagai sayapnya doa agar dapat naik kehadirat Allah, diikuti dengan pujian/sanjungan kepada Allah, karena hanya Dia pemilik segala pujian, dilanjutkan dengan mengagungkan Allah dengan asma-asma Nya melalui do’a Ismul a’zhom (asma yang agung), setelah itu seorang hamba harus mengakui dosa, kelalaian dan kelemahan
dirinya dihadapan Allah, kemudian barulah seorang hamba meminta menyampaikan hajatnya kepada Allah dengan penuh keyakinan, kemudian jika sudah dianggap cukup, tutuplah doa dengan pujian (hamdalah) dan shalawat.